Kutapaki jalan kata liku
Tak kunjung terang cahaya
Redup bara menyala
Terendam rindu kebebasan
Menapaki liku tanpa aral
Kutelusuri lorong kata mereka
Gelap nampak bentuk benteng
Menghadang jauh dekat sejengkal
Tak ada jalan, berputar haluan
Kujelajahi kata orang
Samar menjelma tirai kelambu, bisu
Terlihat, tak tersentuh seberang sana
Nyamuk menangis tak bisa nembus
Aku mengais beban untuknya
Perjalanan masih sangat panjang, Nak!
Kata mereka berbisik
Tapi aku merasa diriku
Seperti badut yang berjalan lewat pasar
Pedagang menawarkan ramuan obat kuat
Pembeli mengantri dan siap mencaci
Perjalanan ke sana banyak aral melintang, Nak!
Bibirnya menyungging, kecut
Aku telah siap menanti ajal ke sana
Lawan derasnya arus, habiskan hari-hari
Kata-kata menjelma mata pisau di depan mataku
Siap menusuk bola mata yang memerah
Jatinangor, 27 Februari 2005
Minggu, 20 Desember 2009
EPISODE GUNDAH
Ketidaktenangan hatiku mulai bangkit
Akut rasanya dalam setiap gerakku
Berlari kemana hendak berlari
Menangis dengan apa hendak menangis
Setiap langkahku adalah ketakutan
Setiap tetes air mataku adalah cuma
Adegan apalagi yang akan dihadirkan Tuhan
Sehingga kacau antara otak dan tangan
Penaku tak lagi sama dengan tangan
Gerakku tak lagi nyaman
GSSTF, 2005
Akut rasanya dalam setiap gerakku
Berlari kemana hendak berlari
Menangis dengan apa hendak menangis
Setiap langkahku adalah ketakutan
Setiap tetes air mataku adalah cuma
Adegan apalagi yang akan dihadirkan Tuhan
Sehingga kacau antara otak dan tangan
Penaku tak lagi sama dengan tangan
Gerakku tak lagi nyaman
GSSTF, 2005
Langganan:
Postingan (Atom)