Minggu, 20 Desember 2009

JALAN KATA-KATA

Kutapaki jalan kata liku
Tak kunjung terang cahaya
Redup bara menyala
Terendam rindu kebebasan
Menapaki liku tanpa aral

Kutelusuri lorong kata mereka
Gelap nampak bentuk benteng
Menghadang jauh dekat sejengkal
Tak ada jalan, berputar haluan

Kujelajahi kata orang
Samar menjelma tirai kelambu, bisu
Terlihat, tak tersentuh seberang sana
Nyamuk menangis tak bisa nembus
Aku mengais beban untuknya

Perjalanan masih sangat panjang, Nak!
Kata mereka berbisik

Tapi aku merasa diriku
Seperti badut yang berjalan lewat pasar
Pedagang menawarkan ramuan obat kuat
Pembeli mengantri dan siap mencaci

Perjalanan ke sana banyak aral melintang, Nak!
Bibirnya menyungging, kecut

Aku telah siap menanti ajal ke sana
Lawan derasnya arus, habiskan hari-hari

Kata-kata menjelma mata pisau di depan mataku
Siap menusuk bola mata yang memerah

Jatinangor, 27 Februari 2005

EPISODE GUNDAH

Ketidaktenangan hatiku mulai bangkit
Akut rasanya dalam setiap gerakku
Berlari kemana hendak berlari
Menangis dengan apa hendak menangis
Setiap langkahku adalah ketakutan
Setiap tetes air mataku adalah cuma

Adegan apalagi yang akan dihadirkan Tuhan
Sehingga kacau antara otak dan tangan
Penaku tak lagi sama dengan tangan
Gerakku tak lagi nyaman

GSSTF, 2005